Yahoo Messenger

Jumat, September 11, 2009

Rasa Rasio

EJA WANTAH

Emban amanat hamba ini ‘kan usaikan perjalanan
Kala sejumput rusuk engkau di bumi pun usai senja
Dia ada dalam keberadaanmu
Dia nyata warnakan buwana wahanamu

Untuk segala darinya dan semua kepadanya
Pun sepenggal jalan setengah galah
Bahkan separuh nafas ini
Ku tak akan pernah mampu memberinya

Duhai yang terkasih
Pada kesetiaan dan kesederhanaannya
Kuberjanji menepati bukti hati
Wahai yang tersuci
Padamu kumemohon niatkan diri untuk mengabdi
Bersamamu kupanjatkan puja-puji pada insani ini

Dunia indah dalam masalahnya bersama dirinya
Tak terkira segala ucapan cinta
Tak terduga setiap niatan amalan
Tak terasa semua peluh usaha
Tiada cukup untuk keberadaan
Pada keadaaan dalam keseharian hidupnya

Duhai sang pengisi kidung
Padanya kupasrahkan terang laju mendung
Wahai sang pewarna kalbu
Untuknya kuserahkan segenap awal ilmu
Padanya kepasrahkan ikhtiar nadiku
Untuk dia lewatmu legakan desahku
Dia milikmu untukku


MUTLAK KUMATI

Sekian lama kupandang cakrawala nan membentang lebar
Semakin panjang riwayat hitam kelamku terhampar
Nikmati hidup dengan enteng hidup sebisanya
Hadapi kematian jujur lapang sewajarnya
Manusia pun takkan terelakkannya
Hidup untuk kembali mati fana
Bila ku ‘kan sua dia segera
Hidup apapun kukerjakan
Cinta siapapun kudambakan
Kematian kapanpun kunantikan
Hidup datang dengan pasang surutnya
Cinta dia beranjak dari ketidakpastiannya
Kematian dia menetap dengan mutlak pastinya

Bahwasanya manusia dapat dekat dengan manusia lain
Sejatinya dia akan hidup dalam kesendirian
Manusia dan dunia tak terperikan beserta isinya
Kematian pun tak terbantahkan dengan waktunya
Kematian mutlak kepastiannya
Tanpa mata mampu menerawangnya
Tanpa telinga dapat menangkapnya
Tanpa mulut kuasa untuk membukanya
Tanpa hidung bisa mengendusnya
Ataukah semua pancaindera tiada mampu menalarnya

Umur rejeki amal dan nasib sekian manusia
Tipis dan teramat manis dalam sepersekian detik kematian
Tiap insan mati dalam kepastian
Kematian dengan mutlak pastinya
Untuk dia kepadanya mutlak matiku


PADA YANG BERSEGALA

Haruskah kembali ku memintamu
Setelah sekian lama rentang waktu ini
Diriku hanya bisa meminta
Meminta dalam segenap pujiku

Entah berapa kali dalam relung hati ini
Diriku bersimpuh untuk menuju lekukmu
Peluhku bersimbah dalam halus jemarimu
Selaksa sudah pelbagai impian candu ini

Kering sudah segala lendir pengharapanku
Lelah musnah dalam derap langkah penghidupanku
Tiada tersisa mungkin pula segala asa
Untuk mengharap dengan memintamu

Diriku terlalu hina nista
Hatiku nun dalam terlampau sesak ria dunia
Akalku hanya indah dalam dusta terpelihara
Hidupku penuh himpunan salah dosa
Kiprahku lengkap sudah melekat nestapa khilaf

Padamu kuberpaling untukmu kuberserah
Tempatmu segala inginku berduka
Labirinmu penuh tiap keluh kesah resahku
Insan pecinta tiada terkecuali

Ku meyakinkan diri ini dalam sisa hidupnya
Tiada buana tersempurna selain tempatmu
Takkan ada batasan akhir dalam pangkuanmu
Padanya untuknya segala padanya
Padamu yang bersegala
Padamu yang selalu bersegala

Tidak ada komentar: